shodiqah.com

Review Buku | Hakadza Faltakun Al-Himam - Ibrahim Hasan Al-Asthol


Ketika penuntut ilmu sudah mulai bosan dan malas, pertanda mereka butuh yang namanya motivasi agar semangat bisa membara lagi, untuk itu perlu tahu perjuangan ulama dahulu dalam mengembara dan berjuang.

Ketika membaca buku Hakadza Faltakun Al-Himam karya Syekh Ibrahim, aku dibuat terpental dengan isinya. Ternyata perjalanan dan pengorbanan ulama, sangat jauh berbanding dengan apa yang aku alami. Sesuatu yang terasa berat bagiku, belum apa-apanya dibandingkan mereka.

Malas merupakan hal yang biasa terjadi pada penuntut ilmu, namun malas tidak boleh terlalu lama, karena diluar sana banyak orang yang menunggu ilmu yang sedang ia perjuangkan untuk disebarkan.

“Buku ini wajib ada di setiap rak seorang yang menyandang gelar Tholibul Ilmi”

Begitulah seniorku ketika merekomendasikan buku ini kekami adik kelasnya. Dan memang terbukti adanya, ketika membaca buku ini aku dibuat terhanyut dengan kisah-kisah ulama yang dipaparkan penulis.

Ini adalah buku pertamaku yang di review. Yok diintip gimana serunya membaca kisah orang yang dekat dengan Allah SWT.

review buku agama

Identitas Buku

Judul Buku : Hakadza Faltakun Al-Himam ( هكذا فلتكن الهمم)
Penulis : Ibrahim Hasan Al-Asthol
Penerbit : Darul Qalam - Damaskus
Tahun Terbit : Cetakan pertama, 2022
ISBN : 978-9933-29-297-3
Halaman : 412
kover buku Hakadza Faltakun Al-Himam

Cover Yang Indah Dilihat

Warna cerah yang dipancarkan dari cover buku, menambah semangat untuk cepat menyelesaikannya. Namun keinginan itu tidak bisa aku realisasikan dengan cepat. Ternyata untuk mengkhatamkan buku yang hanya berjumlah 412 halaman, perlu waktu dari bulan maret-juli 2023.

Walaupun begitu aku tetap bangga dengan diriku, karna bisa melawan rasa malas. Buktinya buku ini bisa khatam walaupun harus menghabiskan waktu yang lama.

Sinopsis

Buku ini berkisah tentang perjalanan ratusan ulama mutaakhirin dalam menuntut ilmu dan mengembangkan ilmu. Diantara jalan kehidupan mereka tak jarang juga ada kemiripan dengan apa yang kita alami.

Ketika menelusuri halaman demi halaman, jiwa malas kita akan tersentil dengan cerita pengorbanan mereka.
Buku ini seakan dihadirkan untuk mengembalikan semangat para penuntut ilmu, yang lagi difase malas belajar, difase malas ngapain bahkan bernafas dengan benar aja malas, ya begitulah kalau memang lagi di fase mager.

“Lembaran-lembaran bukti kesungguhan para ulama dalam mengatur waktu untuk belajar, mengajar dan menulis hasil pemikiran mereka”

Dibuku ini kita akan dibuat tercengang bagaimana para ulama mengatur waktu untuk Tuhannya, Dirinya dan Umat yang menunggu pencerahan dari mereka. Ketiga waktu ini pasti akan dilalui para penuntut ilmu yang sebenarnya.

Ilmu adalah segalanya, dunia dan seisinya tidak ada apa-apanya bagi mereka. Semua kehidupannya dihibahkan untuk agama. Yang mereka inginkan pandangan cinta dan kasih sayang dari Allah SWT.
Berjaga dimalam hari demi menulis ilmu yang telah mereka telaah dipagi dan disiang hari.

Sakit keras sampai mendekati ajal yang digenggaman mereka hanya buku dan tinta. Kekayaan harta memang tidak ada, namun lebih dari itu yang mereka tinggalkan.
Dengan goresan tinta merekalah, membentuk umat menjadi orang sukses. Menikmati setiap huruf yang telah mereka abadikan disetiap lembaran buku. Raganya memang sudah tidak ada diatas dunia, namun manfaat dan keberkahan selalu mengalir.

Ketika membaca buku ini, kita akan dibuat malu dengan usaha yang telah kita kerjakan. Seakan-akan apa yang kita lalui sudah sulit, namun masih ada orang yang lebih sulit dibandingkan kita dalam menjalani kehidupan.

Apa kita pernah menjual atap rumah demi membeli buku?
Sangking tidak ada barang yang mau dijual, atap rumahlah sebagai gantinya.

Karena memuat ratusan kisah yang berbeda, untuk biografi setiap ulama tidak terlalu dijabarkan, karena penulis bukan bertujuan untuk memperkenalkan masing-masing ulama. Dibuku ini berisikan bagaimana cerita perjalanan singkat saja.

Alasan Kenapa Harus Membaca Buku Ini

1. Menumbuhkan Semangat Untuk Belajar

Ini adalah alasan utama buku ini harus dibaca, motivasi seharusnya datang dengan sesuatu yang bermanfaat dan dari hal yang benar. Seringkali alasan orang mencari motivasi dengan berpacaran, alasan yang keliru sekali.
Carilah motivasi dari sesuatu yang dibolehkan syariat agama, seperti menikmati alam atau dengan cara membaca dan mendengarkan pengalaman orang lain.

Tholibul ilmi tidak boleh terlalu berlama-lama hanyut dalam kemalasan, bagaimanapun dia harus melawan rasa malas secepat mungkin. Untuk itu carilah motivasi agar diri bisa bangkit lagi.

2. Meneladani Kisah Ulama Dalam Mencintai Ilmu

Dibuku ini akan kamu dapati kisah ulama seperti : Syekh Abdullah Ulwan.
Beliau diuji dengan penyakit kangker darah kronis yang tidak dapat disembuhkan. Walaupun begitu, tidak ada halangan bagi Beliau dalam menegakkan agama Allah.

Rumah sakit bagaikan rumah utama, sangking lamanya beliau disana. Menanggalkan pakaian rumah sakit lalu memakai pakaian untuk mengajar sering kali ia lakukan, para dokter acap kali kehilangan ketika datang kekamarnya. Celotehan para dokter tidak ia hiraukan, bagaimanapun ia harus pergi kekampus untuk menyampaikan ilmu dihadapan murid yang ia cintai.

Nakas disamping kasurnya disulap menjadi rak buku, bantal yang harusnya menemani ketika tidur, beralih fungsi menjadi meja belajar. Para dokter sudah menyuruhnya untuk istirahat, meninggalkan kebiasaan membaca dan menulis.

Namun apapun yang dilarang dokter tidak ia hiraukan, karena cintanya akan ilmu tidak ada yang bisa menghalangi. Walaupun sakit yang mematikan sekalipun.

Semoga kita bisa meniru semangat dan kecintaan beliau akan ilmu, tidak ada lagi alasan sakit kepala dikit libur ngaji. Malu nggak tuh?
Ini baru satu kisah yang aku selipkan, masih banyak kisah perjuangan ulama yang tertera dibuku ini. Sayang sekali kalau kamu tidak meluangkan waktu untuk membacanya.

Oh iya, buku ini ditulis dalam bahasa arab, belum ada terjemahan ke Bahasa Indonesia.
alasan kenapa harus membaca buku

3. Berikut ini beberapa kalimat indah di buku Hakadza Faltakun Al-Himam

  • Ilmu tidak didapatkan dengan cara berangan-angan dan berleha-leha, 47.
  • Ulama tidak mempunyai harta kekayaan yang bisa diwariskan, namun mereka mempunyai perpustakaan yang besar dan buku yang banyak, untuk menciptakan orang-orang sukses, 52.
  • Kesenangan diatas dunia yang paling besar adalah membaca buku, belajar, dan menulis, 70.
  • Kehilangan satu kitab lebih sangat menyedihkan bagiku,dibandingkan kehilangan orang tua, 295.

Penutup

Disamping kasurku memang terdapat meja belajar dan tumpukan kitab, seringkali dalam satu hari tidak ada buku yang aku sentuh. 
Semoga kita bisa mengikuti langkah para ulama dalam mencintai ilmu dengan sepenuh jiwa raga.




18 komentar

Hai... Terima kasih sudah berkunjung. Semoga tulisan saya bisa bermanfaat untuk Para Asdiqo'.
Shodiqah tunggu komentarnya ya, tetapi jangan tinggalkan link hidup di dalam komentar.

  1. Membaca reviewnya, tentunya buku ini sangat menarik dengan kisah-kisah para ulama yang sangat cinta ilmu. Untuk buku terjemahan dalam Bahasa Indonesia belum ada ya kak?

    BalasHapus
  2. Mmg MasyaAllah banget ya kak para ulama itu ... quote nya : Ilmu tidak didapatkan dengan cara berangan-angan dan berleha-leha, 47.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kk. Ilmu didapatkan bukan dengan cara kemudahan. Dengan itulah mulianya org berilmu.

      Hapus
  3. Masyaallah bukunya bahasa Arab yaa Kak. Keren bangettt

    BalasHapus
  4. Iya kak ini bahasa arab ya? Wow keren banget bisa baca. Alhamdulillah ada reviewnya jadi punya gambaran isi bukunya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhmdulillah kk. Smoga esok ada yg versi bahasa indonesia ya kk

      Hapus
  5. Pengen yang versi terjemahan bahasa Indonesia. Semoga ada next ya kak

    BalasHapus
  6. habis baca buku talim muatallim, sepertinya wajib baca buku ini ya kak biar lebih mantap lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget kk, setelah beljr adab langsung beljr kitab ini kk

      Hapus
  7. Sampai jual atap demi buku MaasyaAllah kita nih ga ada apa-apanya ya kalau dibandingkan dengan para ulama

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak jauh banget perbedaan kita ama beliau

      Hapus
  8. Baru baca setengah udah pengen cari bukunya di toko daring, eh nggak ketemu. Ternyata di akhir ada pemberitahuan baru terbit edisi Bahasa Arab. duh.. pengen ikut baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah mbak, smoga ada versi bahasa indonesia ya mbak

      Hapus